Rasanya baru kemarin aku sampai
di kota pahlawan ini, hadir di antara ribuan calon mahasiswa baru di gedung
BAAK samping gedung Rektorat milik kampus berperingkat empat nasional.
Didampingi Ibu dan Ayahanda tercinta, melepas putranya yang akan menjalankan
studi sarjananya di kota yang jaraknya 825km dari rumah. Anak yang sejak TK
sampai SMA selalu berada di dekat rumah, yang hanya bertahan satu minggu ketika
dititipkan di pondok yang ada di Sukabumi. Tetapi apadaya, besi sudah terlanjur
menjadi baja dan tidak mungkin akan kembali menjadi Bijih besi kembali. Studi
di kota pahlawan merupakan pilihan pribadi, yang sudah aku ikrarkan sejak duduk
di bangku kelas 2 SMA, dan Alhamdulillah Allah memberikan jalan dan kemudahan
dengan segala Kuasa-Nya. Niat sudah terlanjur bulat, tekad sudah terperosok
dalam di dalam hati, hati pun sudah ikhlas untuk pertama kalinya berusaha
survive tanpa keluarga. Masih teringat betul jika kedua orang tua hanya
menemaniku selama satu hari dan esoknya pun kembali pulang meninggalkan di
sudut kamar sempit hanya beralas karpet karet dan kasur lampung yang akan
membuat rusukkuu sakit ketika berjuang melawan dinginnya malam.
Time flies so fast, begitu kalau
kata anak zaman sekarang. Waktu memang bergulir begitu cepat, disinilah awal
mula diriku ditempa, didera, disiksa, dan dipaksa tentunya untuk menjadi pemuda
yang dewasa, mandiri, matang, dan berpengalaman. Masa-masa awal perkuliahan
terasa begitu lama dan sulit, adaptasi dari metode belajar ketika SMA dan
kuliah membutuhkan waktu karena keduanya sangat berbeda. Belum lagi kegiatan
mahasiswa baru yang sangat padat, layaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang
setiap harinya rapat, kami pun sebagai mahasiswa baru begitu. Hampir setiap
sore hingga larut malam kami rapat, dimana agenda rapat kadang terasa tidak
penting tapi sungguh rapat itu membuat kami mahasiswa baru menjadi saling kenal
satu sama lain, sehingga kami sampai hapal nama lengkap, nomer induk mahasiswa,
dan asal daerah. Bahkan terkadang, hari libur kamipun dirampas untuk
kegiatan-kegiatan mahasiswa baru yang sangat padat. Every day is Monday,
begitulah kira2 gambaran aktivitas kami ketika tingkat satu masa studi.
Begitu banyak kenangan,
pengalaman, dan pembelajaran yang aku lalui selama masa studi, tanpa terasa
empat tahun sudah aku menjalani masa studi di kampus tercinta dengan begitu
banyak cerita pahit dan manis yang menjadi penyedap di sela-selanya. Hari ini,
resmi sudah aku menyandang gelar ST (Sarjana Teknik), meskipun tidak
mendapatkan IPK yang sempurna tetapi hari ini aku sangat bahagia, bukan bahagia
karena sudah menyelesaikan masa studi melainkan hari ini aku diantar kembali
oleh kedua orang tuaku tetapi kali ini bukan untuk mendaftar ulang sebagai
mahasiswa baru melainkan untuk pamit di hadapan rektor dan para guru besar.
Pamit untuk mengucapkan terimakasih yang sangat dalam karena baktinya untuk
ikhlas mendidik dan mendewasakan pola fikirku. Wisuda bukan menjadi akhir tetapi
yang aku rasakan wisuda merupakan babak baru dari kehidupan yang sebenarnya
dimana ketika di kampus aku hanya bersaing dengan 100-1000 orang tetapi di
dunia karier aku harus bersaing dengan ribuan bahkan jutaan orang yang
membutuhkan pekerjaan yang di negeri ini sangat sulit didapatkan. Hari ini akan
timbul pertanyaan, apakah kelulusan ini akan membuat aku menjadi beban negara
atau menjadi kontributor untuk kemajuan negara? Welcome to the real life!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar