Minggu, 19 November 2017

setelah bergulat dengan diri sendiri

setelah lama vakum mengisi blog, today i'm realize if the history would guide us to be better person than before. Setelah wisuda yg begitu meriah, diarak dengan baraccuda, disaksikan kedua orang tua tercinta tepat di bulan september di tahun 2016 aku secara sah dan legal menyelesaikan seluruh rangkaian studiku sebagai sarjana teknik di ITS. Kampus yg menempaku menjadi orang, hidup berjarak 850km dengan keluarga, ditopang beasiswa orang tua yg pas2an setiap bulannya, dan perjuangan lainnya yg mengupdrade soft skill menjadi lebih tajam lagi. 
Graduation not change our future, it just a short phase before struggling to a real phase.
bagi kalian mahasiswa tingkat akhir, percayalah bahwa wisuda bukan akhir dari segalanya sebelum kalian pontang-panting berjuang dengan kehidupan yg sebenarnya.
seingatku, lebih dari 50 lamaran yg sudah diapply, lebih dari 10 tes2 seleksi pekerjaan dilewati tapi belum ada juga yg menerimaku.
Sampai akhirnya aku berbicara empat mata dengan abi, sosok ayak yg demokratis dan bijaksana. Beliau menawarkan, sebaiknya saya ikut terjun di lembaga pendidikan yg sudah beliau rintis dengan susah payah yg saat itu sudah berkembang dengan sangat pesat. Meski hati rasanya tak ikhlas mengiyakan, tapi apa salahnya membahagiakan orang tua. Rasanya begitu berat, karena cita-cita yg dulu aku tuliskan mungkin akan sirna, cita-cita menjadi engineer di oil company, cita2 mengikuti sertifikasi profesi di bidang pengelasan, korosi, dan NDT hanya akan menjadi coretan usam. satu, dua, tiga bulan terlewati rasanya hati masih belum sepenuhnya ikhlas menerima, mengapa harus aku?mengapa harus sekarang?Mengapa tidak dibiarkan aku berusaha dulu?pertanyaan itu terus menerus terngiang2.
*bersambung*
pict: hari pertama ospek kuliah (agustus 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar