Jumat, 20 November 2015

Birrulwalidain (Berbakti kepada Kedua Orang tua)

Berbakti kepada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban bagi seorang anak terlebih dia seorang muslim. Oleh karenanya berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT selain solat lima waktu berjamaah dan diawal waktu.
“ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
            Di zaman modern seperti saat ini, teknologi sudah tidak bisa dibendung sehingga berbagai informasi, pemikiran, ideology, sangat mudah kita dapatkan. Sangat penting rasanya untuk bisa membentengi diri agar bisa memfilter berbagai informasi, pemikiran, dan ideology yang melenceng. Salah satu efek negative dari mudahnya informasi, pemikiran, dan ideology yang kita dapatkan sehingga budaya westernisasi semakin berkembang ditengah-tengah kita. Salah satunya budaya westernisasi yaitu tidak memuliakan kedua orangtuanya seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Lantas apakah ada firman Allah atau Hadits Rasulullah SAW yang mengharuskan kita sebagai seorang muslim yang memiliki kedua orang tua untuk berbakti kepada kedua orang tua? Sudah tentu ada sebagaimana Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. ” (QS. Al-Isra’: 23)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS. Al-Ankabut: 8)
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. . .” (QS. Al-Ahqaf: 15)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Dari beberapa potongan ayat dan hadits di atas, maka setidaknya kita sudah memiliki beberapa alasan mengapa kita harus berbakti kepada kedua orang tua?yang pertama adalah sebagai implementasi iman dan taqwa kita. Seorang muslim sudah tentu harus meyakini seluruh perintah yang terkandung di dalam al-qur’an karena itu adalah bagian dari rukun iman, bentuk taqwa kita adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya dimana Allah memerintahkan kita untuk memuliakan kedua orang tua kita dan tida berperilaku kasar kepada mereka. Alasan yang kedua adalah untuk mendapatkan ridho dan surgaNya, seperti kutipan hadits di atas bahwasanya ridho Allah terletak pada keridhoan orang tua, dan sebuah ungkapan yang tidak asing di telinga kita, yaitu surge di bawah telapak kaki ibu. Alas an yang ketiga adalah balasan yang pantas atas pengorbanan mereka, Sembilan bulan kita dalam kandungan ibu kita dan dua tahun kita disusui apakah ada perbuatan sebagai bentuk rasa cinta kita kepada keduanya (ayah dan ibu).
Sebagai seorang anak tentunya kita harus bisa memuliakan mereka, membahagiakan mereka serta mendoakan mereka. Menjalin komunikasi dengan mereka merupakan sarana untuk berbakti kepada mereka. Islam mengajarkan kita bagaimana adab berbicara dengan kedua orang tua kita.
  • ·         Menghormati keduanya dengan tidak memandang keduanya dengan pandangan yang tajam dan tidak meninggikan suara di hadapan mereka
  • ·         Tidak mendahulukan untuk berbicara kepada kedua orang tua

“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon kurma.  Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih  kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)
  • ·         Tidak duduk di hadapan kedua orang tua yang sedang berdiri

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit. Lalu kami shalat di belakang beliau, sedang beliau shalat sambil duduk dan Abu Bakar mengeraskan bacaan takbirnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada kami. Beliau melihat kami shalat sambil berdiri. Lalu beliau berisyarat, kemudian kami shalat sambil duduk. Tatkala salam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Jika kalian baru saja bermaksud buruk, tentu kalian melakukan seperti yang dilakukan oleh orang Persia dan Romawi. Mereka selalu berdiri untuk memuliakan raja-raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk. Ikutilah imam-iman kalian. Jika imam tersebut shalat sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri. Dan jika imam tersebut shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian  sambil duduk’.” (HR. Muslim no. 413)
  • ·         Janganlah seorang anak membalas orang tua yang mencelanya

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.” (QS. Al Isro’ [17] : 23)
  • ·         Tidak berbicara dengan nada yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya

Seorang anak memiliki adab yang harus dipenuhi terhadap kedua orang tuanya. Diantaranya adalah:
  •            Al muhaqodhotu alal kaul (menjaga perkataan atau lisan)

Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23.
  • ·           Khofdul Jannah

Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat 24
·         Attoah Almushahabah
Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15.
  • ·         Sabatulbirri ba’da wafatihima

Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?” Rasulullah dengan tegas menjawab “Ya, masih ada”. Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :
a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e. Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar