Selasa, 17 November 2015
Memahami Standarisasi Baja
Baja merupakan salah satu komponen penting yang sangat dibutuhkan di dunia untuk menunjang fasilitas kehidupan, contohnya adalah untuk konstruksi bangunan, otomotif, alusista, kapal laut, jembatan, dan masih banyak lagi. baja sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai logam ferrous yang memiliki komposisi Fe (besi) dengan Karbon (C) dimana kandungan karbon tidal lebih dari dua persen. kandungan karbon yang terlarut dalam Fe akan sangat mempengaruhi sifat dari baja itu sendiri, semakin sedikit kandungan karbon maka sifat baja semakin ulet, sedangkan semakin banyak kadar karbon maka sifat baja akan menjadi semakin keras. Sifat baja yang dihasilkan disesuaikan dengan aplikasi dari baja itu sendiri. Selain itu sifat baja juga dipengaruhi oleh unsur paduan yang ditambahkan di antaranya adalah Mn, Ni, Cr, V, W, Al, dan lain-lain. Penambahan unsur paduan akan mempengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah meningkatkan kemampuan las, kemampuan untuk dikeraskan (hardening ability), meningkatkan kekerasan, sifat tahan aus, ketahanan korosi, dan lain-lain. Penambahan unsur paduan akan mempengaruhi penomeran seri atau pengkategorian jenis baja sesuai standar yang digunakan. sebagai contoh standar yang sering digunakan adalah AISI (American Iron Steel Institute). Pada umumnya penggunaan seri AISI digunakan sesuai dengan unsur yang ditambahkan dan kandungan karbon yang ditambahkan ke dalam baja paduan. Bentuk dasar standarisasi AISI adalah XXXX, dimana X adalah unsur paduan yang utama (main alloy) dan X adalah unsur paduan kedua (secondary alloy) sedangkan XX adalah jumlah kandungan karbon.4 Contohnya adalah AISI 4140, dimana 41 adalah unsuru paduan utamanya molybden (Mo) dan unsur secondary alloynya adalah chromium (Cr) sedangkan 40 berarti kandungan karbonnya adalal 0.4%.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar