Minggu, 21 Februari 2016

Baja Karbon (Carbon Steel)

Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon. Selain terdiri dari besi dan karbon biasanya juga mengandung sejumlah unsur lain, sebagian berasal dari pengotoran pada bijih besi (misalnya belerang dan phosphor), yang biasanya kadarnya akan tekan serendah mungkin, sebgaian lagi unsur yang digunakan pada proses pembuatan besi atau baja (misalnya silicon dan mangan). Di samping itu seringkali juga sejumlah unsur paduan sengaja ditambahkan ke dalam baja untuk memperoleh sifat tertentu. Mengingat hal ini maka dapat dibayangkan bahwa jenis baja akan sangat banyak.
Baja karbon rendah (low carbon steel), kadar karbon sampai 0,30%, sangat luas pemakaiannya, sebagai baja konstruksi umum, untuk baja profil rangka bangunan, baja tulangan beton, rangka kendaraan, mur baut, pelat, pipa dan lain-lain. Strukturnya terdiri dari ferrit dan sedikit perlite, sehingga baja ini kekuatan relative rendah, lunak, tetapi keuletannya tinggi, mudah dibentuk dan dimachining. Baja ini tidak dapat dikeraskan (kecuali dengan pengerasan permukaan). Ada juga yang membagi lagi kelompok ini, yang kadar karbonnya sangat rendah, kurang dari 0,15%, sebagai dead mild steel, yang biasanya digunakan untuk baja lembaran, besi beton, besi strip dan lain-lain.
Baja karbon menengah (medium carbon steel), kadar karbon 0,30-0.70%. masih terdiri dari ferrit dan perlit juga, dengan perlit cukup banyak, sehingga baja ini lebih kuat dan keras serta dapat dikeraskan, tetapi getas. Banyak digunakan untuk konstruksi mesin, seperti poros, poros engkol, batang torak, roda gigi, pegas dan lain-lain, yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan yang lebih tinggi.

Baja karbon tinggi (High carbon steel), kadar karbon lebih dari 0.70%, lebih kuat dan lebih keras lagi, tetapi keuletan dan ketangguhannya rendah. Baja ini terutama digunakan untuk konstruksi mesin yang memerlukan kekuatan lebih tinggi, serta untuk perkakas, yang biasanya memerlukan sifat tahan aus, misalnya untuk gunting, mata bor, reamer, tap dan perkakas tangan yang lain. (Suherman, 1999).

Amal Jama'i

Amal jamai secara etimologi memiliki arti sebagai berikut:
Amal adalah perbuatan sedangkan jama’I adalah jamaah atau bersama-sama jadi secara etiomologi atau secara definisi bahasa amal jama’I adalah suatu amal atau perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Sedangkan secara istilah Al-‘amalul al-jamaa’i berarti bekerja sama berdasarkan kecepakatan dan bekerja bersama-sama sesuai tugas yang diberikan untuk memantapkan amal. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Al-‘amalul al-jamaa’i merupakan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan hasil kesepakatan dalam hal kebaikan dengan memanfaatkan potensi masing-masing anggotanya untuk memaksimalkan amal atau perbuatan tersebut untuk merealisasikan cita-cita yang mulia. Adapun perintah Allah untuk beramal jamai terdapat dalam beberapa ayat sebagai berikut:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 3:103-104)
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. 18:28)
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. 61:4)
Dari berbagai potongan ayat di atas sesungguhnya Allah lebih mencintai hambaNya yang beramal soleh secara berjamaah atau bersama-sama. Dan Allah melarang kita untuk bercerai berai karena perpecahan hanya akan membuat Al-islam semakin jauh dari kejayaan. Sejarah sudah membuktikan bagaimana Rasulullah SAW beramal secara berjamaah bersama para sahabat sehingga terbentuklah pemerintahan di kota madinah yang berlandaskan syari’at islam yang kemudian kejayaan Al-islam tersebar luas ke berbagai penjuru dunia tidak hanya di jazirah arab saja. Coba kita bayangkan seandainya Rasulullah SAW tidak berjuang secara berjamaah maka apa yang akan terjadi? Maka dari itu hal yang pertama RAsulullah SAW lakukan untuk mensyiarkan islam dan menyerukan orang-orang untuk beraqidah islam adalah mengumpulkan orang-orang potensial seperti Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin ABi thalib r.a,  Usman bin Affan, dan sebagainya kemudian Rasulullah SAW memanfaatkan potensi masing-masing sahabt untuk berkontribusi secara maksimal bagi Al-islam sehingga sampailah islam ke lubuk Hati kita.
            Mengapa amal jamai menjadi sangat penting dalam berupaya menegakkan syari’at?berikut ini adalah urgensi dari amal jama’I secara singkat:
·         Dustur Illahi, seperti yang Allah perintahkan dalam QS:3:104
·         Tabi’at alam, coba kita saksikan adakah makhluk hidup yang mampu hidup hanya sebatang kara?
·         Cara yang efektif, beramal jama’I adalah cara yang efektif baik dalam berdakwah kepada sesame ataupun beramal karena tentunya sesuatu yang dikerjakan bersama-sama memiliki keutamaan tertentu.
·         Saling menguatkan, jika berjamaah bersama orang-orang yang solih maka akan saling mengingatkan dan saling menguatkan QS:Al-Maaidah:2
·         Lebih dicintai Allah SWT QS:As-shaaf:4

Ada beberapa ciri yang mengindikasikan bahwa gerakan atau amalan yang dilakukan adalah amal jama’I, diantaranya adalah:
·         Aktivitas yang dijalankan haruslah keputusan jama’ah, artinya jika dilakukan oleh sebuah lembaga misalnya LDJ, HIMA, BEM haruslah hasil keputusan syuro atau rapat.
·         Memiliki susunan jama’ah atau lembaga yang jelas, dan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan haruslah rapih dan terprogram. Tujuannya diangkatn seorang pemimpin jama’ah (ketua) adalah semata-mata untuk memudahkan gerak dari jama’ah itu sendiri untuk mencapai tujuan jama’ah dan menerapkan ajaran-ajaran islam.
·         Seluruh kegiatan yang dilakukan semata-mata hanya mengharap Ridho Allah SWT
Oleh karenanya kita sebagai seorang muslim haruslah bergerak bersama jama’ah, berhimpun dengan orang-orang salih, untuk saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lain. Kewajiban seorang hamba didunia ada dua, kewajiban untuk beribadah kepada Allah dan kewajiban untuk mensyiarkan agama Allah, artinya kita memang diwajibkan untuk beramal jama’i dalam rangka mensyiarkan agama islam hingga raga dan jiwa kita memang sudah tidak sanggupn lagi untuk mengemban amanah tersebut.

Wallohua’lam..

Zaid bin Tsabit

Zaid bis tsabit termasuk golongan kaum anshar (masyarakat madinah). Sewaktu Rasulullah SAW sampai ke madinah usia zaid bis tsabit masih 11 tahun. Beliau memeluk agama islam bersama-sama dengan keluarganya. Meskipun usianya masih sangat kecil, tetapi beliau merupakan sosok yang luar biasa kesolihan, kecerdasan, dan keberaniannya. Pada satu kesempatan zain bin tsabit pernah dibawa oleh ayahnya menghadap Rasulullah SAW untuk meminta izin agar diikutkan dalam perang badar, namun Rasululah SAW tidak mengizinkan karena usianya yang masih kecil. Tidak menyerah sampai disitu, ketika umat islam sedang bersiap untuk perang uhud, zaid bin tsabit bersama rekan-rekan sebayanya menghadap Rasulullah SAW sambil mengiba agar diikutsertakan dalam barisan pasukan mujahidin untuk berperang diperang uhud. Tetapi Rasulullah masih belum mengizinkan zaid bin tsabit untuk bergabung karena usianya yang belum cukup dewasa dan fisiknya yang masih kecil tetapi Rasulullah berjanji untuk mengikut sertakan zaid bin tsabit diperang umat islam yang selanjutnya. Akhirnya zaid bin tsabit mampu bergabung dengan pasukan mujahidin untuk berperang pada perang khandaq, tahun 5 H.
keimanan zaid tumbuh sangat pesat dan menakjubkan, karena zaid dianugerahkan oleh Allah otak yang sangat cerdas sehingga ia mampu menghafal al-qur’an, menjadi notulen bagi Rasulullah disaat wahyu diturunkan. Ketika rasulullah mulai berekspansi keluar kota madinah, rasulullah mengirimkan surat kepada raja-raja, dan sebelum itu Rasulullah mempercayai zaid untuk belajar bahasa para raja-raja. Dalam waktu yang singkat zaid mampu menguasi bahasa para raja seperti yang diamanahkan oleh Rasulullah SAW. Berkat kerja kerasnya, kesalihannya, kecerdasannya sehingga zaid bin tsabit pernah diamanahkan sebagai ketua dewan peradilan, ketua dewan fatwa, ketua tim pembaca al-qur’an, dan ketua tim pembagi harta warisan. Karenanya ibnu abbas begitu menghormati zaid meskipun zaid lebih muda usianya dibandingan ibnu abbas.
Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, selama kurang lebih 21 tahun. Setelah semua ayat alqur’an telah selesai diturunkan, Rasulullah membacakannya kepada kaum muslimin secara tersusun ayat demi ayat, surat demi surat. Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin disibukkan dengan peperangan, sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa khususnya dari para penghafal al-qur’an. Oleh sebab itu, umar bin khattab berinisiatif menghadap abu bakar as-shiddiq mengusulkan agar al-qur’an dibukukan sebelum semua penghafal qur’an gugur menjadi syuhada. Setelah meminta petunjuk kepada Allah SWT dan berdiskusi dengan para sahabat khalifah Abu bakar As-shiddiq memutuskan untuk mengamanahkan zaid bin tsabit untuk menghimpun Al-qur’an dan dibantu oleh para penghafal al-qur’an lainnya.  Zaid menjalankan amanah dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab, semata-mata untuk menjaga izzah dan masa depan agama islam itu sendiri. Ia kumpulkan ayat demi ayat, surat demi surat, lembaran demi lembaran bersama para penghafal lainnya dengan sangat teliti hingga akhirnya seluruh ayat dan surat terkumpul dengan rapih. Zaid mendeskripsikan tugas yang diamanahkan kepadanya seperti berikut. “Demi Allah, seandainya mereka memintaku untuk memindahkan gunung dari tempatnya, itu lebih mudah bagiku daripada menghimpun Al-Qur’an”.
Jasa zaid untuk agama ini sangatlah besar, usianya yang masih muda tidak dijadikan alas an untuk menyia-nyiakan waktu yang ia miliki. Tidak ada kecintaan yang melebihi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Bisa kita bayangkan berapa banyak pahala yang zaid hasilkan, karena setiap huruf yang dibaca oleh umat muslim maka mengalir kebaikan kepadanya. Subhanallah, alangkah bagaianya menjadi zaid bin tsabit, kisah ini bias kita jadikan ibroh serta motivasi bagai kita semua untuk bersungguh-sungguh dalam belajar, khususnya mempelajari agama islam ini, bersemangat dalam menyambut panggilan jihad, dan mengaplikasikan amalan-amalan yang sudah zaid lakukan, agar aka nada banyak zaid zaid lainnya di seluruh penjuru dunia untuk meninggikan agama islam ini.

Wallohua’lam…

Husnudzon (Berprasangka Baik)


Secara etimologi khusnudon berasal dari kata hasan (baik) dan dzon (prasangka) artinya berprasangka baik. Sedangkan secara istilah husnudzon adalah berprasangka terhadap takdir Allah SWT dan berprasangka baik terhadap makhluk-makhluk Allah SWT. Orang yang memiliki sifat husnudzon tidak akan mudah menyalahkan atau menuduh orang lain untuk menutupi kesalahan atau kekurangan dirinya sendiri. Husnudzon juga akan senantiasa menghadirkan rasa ketenangan di dalam hati kita ketika suatu musibah menimpa kita, sehingga akan mentarbiyah diri kita untuk menjadi lebih dewasa.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Hujurat:12)
Adapun jenis-jenis dari husnudzon akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
·         Husnudzon terhadap Allah SWT
Berprasangka baik kepada Allah terhadap nikmat apa saja yang Allah berikan kepada kita, hal ini akan menjadikan kita sebagai hamba yang selalu bersyukur.
·         Husnudzon terhadap diri sendiri
Artinya senantiasa husnudzon terhadap semua bakat dan potensi yang kita miliki, karena kita adalah sebaik-baiknya ciptaan. Hal ini akan membuat kita menjadi lebih percaya diri dan semangat dalam beraktivitas sehari-hari
·         Husnudzon terhadap sesama manusia
Artinya berhusnudzon terhadap sikap dan perilaku saudara kita, hal ini akan membangun pondasi ukhuwah yang sangat baik dan mencegah terjadinya konflik-konflik yang mengarah pada permusuhan.

Ibnu qoyyim pernah berkata:
Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat: maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan perintah: maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24) .

Adapaun perintah husnudzon akan dijabarkan seperti berikut ini:
"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sufyan, dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu berkata : tiga hari sebelum meninggalnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, aku mendengar beliau bersabda : “ Janganlah seorang diantara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik sangka kepada Allah “ (H.R. Muslim)

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. al-Anfal 24)

Dalam implementasi kehidupan kita di kampus, husnudzon menjadi sangat penting, contohnya dalam kegiatan di bangku kuliah. Jika kita mampu husnudzon terhadap dosen-dosen, inshaAllah proses menyerap pelajaran akan menjadi lebih mudah karena tidak terfikir untuk menjelek-jelekkan dosen, membuat dugaan – dugaan yang tak berdasar, apalagi sampai merendahkan dan menganggap remeh dosen. Selain itu dalam kegiatan berorganisasi, adakalanya kita harus husnudzon terhadap pemimpin-pemimpin kita di organisasi, karena sama-sama kita ketahui kebijakan yang dibuat oleh pemimpin-pemimpin yang soleh tidak akan menjerumuskan kita ke perbuatan-perbuatan dosa melainkan seharusnya kita dukung secara penuh, begitu juga bersikap husnuzon terhadap mentor-mentor atau murobbi-murobbi kita, inshaAllah mereka semua memiliki harapan dan cita-cita mulia untuk kita semua yang ingin mereka realisasikan.


Wallohua’lam..