Minggu, 21 Februari 2016

Husnudzon (Berprasangka Baik)


Secara etimologi khusnudon berasal dari kata hasan (baik) dan dzon (prasangka) artinya berprasangka baik. Sedangkan secara istilah husnudzon adalah berprasangka terhadap takdir Allah SWT dan berprasangka baik terhadap makhluk-makhluk Allah SWT. Orang yang memiliki sifat husnudzon tidak akan mudah menyalahkan atau menuduh orang lain untuk menutupi kesalahan atau kekurangan dirinya sendiri. Husnudzon juga akan senantiasa menghadirkan rasa ketenangan di dalam hati kita ketika suatu musibah menimpa kita, sehingga akan mentarbiyah diri kita untuk menjadi lebih dewasa.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Hujurat:12)
Adapun jenis-jenis dari husnudzon akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
·         Husnudzon terhadap Allah SWT
Berprasangka baik kepada Allah terhadap nikmat apa saja yang Allah berikan kepada kita, hal ini akan menjadikan kita sebagai hamba yang selalu bersyukur.
·         Husnudzon terhadap diri sendiri
Artinya senantiasa husnudzon terhadap semua bakat dan potensi yang kita miliki, karena kita adalah sebaik-baiknya ciptaan. Hal ini akan membuat kita menjadi lebih percaya diri dan semangat dalam beraktivitas sehari-hari
·         Husnudzon terhadap sesama manusia
Artinya berhusnudzon terhadap sikap dan perilaku saudara kita, hal ini akan membangun pondasi ukhuwah yang sangat baik dan mencegah terjadinya konflik-konflik yang mengarah pada permusuhan.

Ibnu qoyyim pernah berkata:
Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat: maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan perintah: maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24) .

Adapaun perintah husnudzon akan dijabarkan seperti berikut ini:
"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sufyan, dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu berkata : tiga hari sebelum meninggalnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, aku mendengar beliau bersabda : “ Janganlah seorang diantara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik sangka kepada Allah “ (H.R. Muslim)

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. al-Anfal 24)

Dalam implementasi kehidupan kita di kampus, husnudzon menjadi sangat penting, contohnya dalam kegiatan di bangku kuliah. Jika kita mampu husnudzon terhadap dosen-dosen, inshaAllah proses menyerap pelajaran akan menjadi lebih mudah karena tidak terfikir untuk menjelek-jelekkan dosen, membuat dugaan – dugaan yang tak berdasar, apalagi sampai merendahkan dan menganggap remeh dosen. Selain itu dalam kegiatan berorganisasi, adakalanya kita harus husnudzon terhadap pemimpin-pemimpin kita di organisasi, karena sama-sama kita ketahui kebijakan yang dibuat oleh pemimpin-pemimpin yang soleh tidak akan menjerumuskan kita ke perbuatan-perbuatan dosa melainkan seharusnya kita dukung secara penuh, begitu juga bersikap husnuzon terhadap mentor-mentor atau murobbi-murobbi kita, inshaAllah mereka semua memiliki harapan dan cita-cita mulia untuk kita semua yang ingin mereka realisasikan.


Wallohua’lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar