Berbakti
kepada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban bagi seorang anak terlebih dia
seorang muslim. Oleh karenanya berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah
satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT selain solat lima waktu berjamaah
dan diawal waktu.
“ dari
Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal
apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada
waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat
baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau
menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Di
zaman modern seperti saat ini, teknologi sudah tidak bisa dibendung sehingga
berbagai informasi, pemikiran, ideology, sangat mudah kita dapatkan. Sangat
penting rasanya untuk bisa membentengi diri agar bisa memfilter berbagai
informasi, pemikiran, dan ideology yang melenceng. Salah satu efek negative
dari mudahnya informasi, pemikiran, dan ideology yang kita dapatkan sehingga
budaya westernisasi semakin berkembang ditengah-tengah kita. Salah satunya
budaya westernisasi yaitu tidak memuliakan kedua orangtuanya seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Lantas apakah ada firman Allah atau Hadits
Rasulullah SAW yang mengharuskan kita sebagai seorang muslim yang memiliki
kedua orang tua untuk berbakti kepada kedua orang tua? Sudah tentu ada
sebagaimana Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. ” (QS. Al-Isra’: 23)
“Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS. Al-Ankabut: 8)
“Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan. . .” (QS. Al-Ahqaf: 15)
“Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia
berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada
keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (
H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Dari beberapa potongan ayat dan
hadits di atas, maka setidaknya kita sudah memiliki beberapa alasan mengapa
kita harus berbakti kepada kedua orang tua?yang pertama adalah sebagai
implementasi iman dan taqwa kita. Seorang muslim sudah tentu harus meyakini
seluruh perintah yang terkandung di dalam al-qur’an karena itu adalah bagian
dari rukun iman, bentuk taqwa kita adalah menjalankan perintah Allah dan
menjauhi laranganNya dimana Allah memerintahkan kita untuk memuliakan kedua
orang tua kita dan tida berperilaku kasar kepada mereka. Alasan yang kedua
adalah untuk mendapatkan ridho dan surgaNya, seperti kutipan hadits di atas
bahwasanya ridho Allah terletak pada keridhoan orang tua, dan sebuah ungkapan
yang tidak asing di telinga kita, yaitu surge di bawah telapak kaki ibu. Alas
an yang ketiga adalah balasan yang pantas atas pengorbanan mereka, Sembilan
bulan kita dalam kandungan ibu kita dan dua tahun kita disusui apakah ada
perbuatan sebagai bentuk rasa cinta kita kepada keduanya (ayah dan ibu).
Sebagai seorang anak tentunya kita
harus bisa memuliakan mereka, membahagiakan mereka serta mendoakan mereka.
Menjalin komunikasi dengan mereka merupakan sarana untuk berbakti kepada
mereka. Islam mengajarkan kita bagaimana adab berbicara dengan kedua orang tua
kita.
- · Menghormati keduanya dengan tidak memandang keduanya dengan pandangan yang tajam dan tidak meninggikan suara di hadapan mereka
- · Tidak mendahulukan untuk berbicara kepada kedua orang tua
“Dulu kami
berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah
bagian dalam pohon kurma. Lalu beliau
mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan
bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu
adalah pohon kurma. Namun, karena masih
kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)
- · Tidak duduk di hadapan kedua orang tua yang sedang berdiri
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit. Lalu kami shalat di belakang
beliau, sedang beliau shalat sambil duduk dan Abu Bakar mengeraskan bacaan
takbirnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada kami.
Beliau melihat kami shalat sambil berdiri. Lalu beliau berisyarat, kemudian
kami shalat sambil duduk. Tatkala salam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Jika kalian baru saja bermaksud buruk, tentu kalian melakukan
seperti yang dilakukan oleh orang Persia dan Romawi. Mereka selalu berdiri
untuk memuliakan raja-raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk.
Ikutilah imam-iman kalian. Jika imam tersebut shalat sambil berdiri, maka
shalatlah kalian sambil berdiri. Dan jika imam tersebut shalat sambil duduk,
maka shalatlah kalian sambil duduk’.”
(HR. Muslim no. 413)
- · Janganlah seorang anak membalas orang tua yang mencelanya
“Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.” (QS. Al
Isro’ [17] : 23)
- · Tidak berbicara dengan nada yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya
- Al muhaqodhotu alal kaul (menjaga perkataan atau lisan)
Seorang
anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih
bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya
menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 :
23.
- · Khofdul Jannah
Sikap
bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua
melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan
mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya
waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat 24
·
Attoah Almushahabah
Akhlaq
seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua.
Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena
permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban)
tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya
dalam Qs. 31:15.
- · Sabatulbirri ba’da wafatihima
Tetap
berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam
surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua
yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh
dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa
suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya
Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku
setelah keduanya meninggal dunia?” Rasulullah dengan tegas menjawab “Ya, masih
ada”. Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti
kepada orang tua yang telah meninggal :
a.
Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)
b. Wal
isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c.
Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu
shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e.
Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang
yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)